Menyambut Maulid Nabi : Rasulullah Sang Eksportir Kaya

Menyambut Maulid Nabi : Rasulullah Sang Eksportir Kaya
Oleh : Ilham Abdul Jabar

Banyak dikisahkan dalam kitab kitab sejarah tentang kehidupan Rasullullah saw sang uswatun hasanah, sang suritauladan yang baik dari aspek manapun ia dipandang.

Di sini saya ingin sedikit mendobrak paradigma yang sudah lama menjamur di masyarakat, bahwa Rasulullah itu seorang yang miskin. Padahal, bagaimana mungkin beliau disebut miskin, sementara di umur 17 tahun saja sudah menjadi seorang Eksportir.

Sebelumnya, Rasulullah sang Eksportir itu merintis bisnisnya dari “nol.” Di masa kecilnya menjadi pengembala ternak para petinggi Qurais. Selanjutnya, Beliau saw belajar bisnis kepada pamannya yaitu Abu Thalib. Setelah menyerap seluk beluk ilmu bisnis, Nabi saw merintis usahanya sendiri, hingga kemudian dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses.

Bisnis dagang Rasulullah SAW secara mandiri baru ia mulai ketika mencapai usia remaja. Rasulullah SAW berdagang bersama As-Saib bin Abus-Saib yang merupakan rekanan terbaik, tidak pernah saling curang dan saling berselisih.

Beberapa tahun, Rasulullah menggeluti bidang Entrepreneur. Hingga singkat cerita Popularitas Nabi saw sebagai entrepreneur sukses beritanya kepada seorang perempuan yang juga entrepreneur sukses, yaitu Khadijah.

Hingga khadijah ini tertarik untuk merekrut Rasullullah menjadi CEO perusahaan miliknya. Kesepakatan itu terjadi, sampai Khadijah pun tidak menyangka di bawah manajerial Rasulullah, perusahaan nya semakin maju dan mencapai puncak kesuksesan.

Sebetulnya, pernikahan antara Rasulullah saw dengan Sayyidah Khadijah adalah pernikahan dua saudagar kaya.

Sejarah mencatat, bahwa Rasulullah saw sukses menjadi entrepreneur yang besar. Dalam buku Muhammad A Trader, Afzalur Rahman menjelaskan bahwa reputasi bisnis Rasulullah saw dikenal ke seantero negeri. Mulai dari Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab. Ekspedisi perdagangan Nabi saw menembus hingga 17 negara.

Dari semua yang saya sampaikan, saya hanya ingin meningkatkan bahwa Rasulullah itu bukan miskin tapi juhud, beda antara miskin dan zuhud itu.

Semoga kita bisa menapaki jejak Rasulullah, karena inu adalah Sunnah-nya yang harus kita ikuti.

Penulis Adalah
Pengajar Santri Kelas Mahasiswa Pondok Pesantren Al Hikmah Mugarsari Kota Tasikmalaya

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *