
Pagi hari sekali, diiringi udara sejuk. Suasana langit berkabut, ditandai dengan bulan yang akan tenggelam.
Di atas hamparan bumi, terdapat rumah yang nampak sederhana.
Didalam rumah itu ada seorang gadis yang terlihat sedang berkemas. Namanya Gayatri dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan Aya.
“Nasi sudah matang nih, ayo kita makan dulu!’’ teriak seseorang dari dapur rumah itu.
“Iya bu.’’ Ucap gadis yang sedang berkemas.
Setelah berkemas, dirinyapun bergegas ke dapur menemui ibunya yang sudah menantikannya untuk makan bersama.
“Makan dulu tho nak, ibu juga sudah siapkan bekal makanan buat kamu. nanti makan ya!’’ ucap ibunya yang sibuk menghidangkan makanan.
“Iya bu.’’ Ucap gadis itu sambil mengambil secentong nasi bersama lauk pauknya.
“Bapak di mana ya?’’ tanya ibu pada Gayatri.
“Nda tau bu.’’ jawabnya sambil mulai melahap makanan.
Tak lama kemudian, bapak pun tiba-tiba duduk di kursi tempat meja makan.
“Loh…Bapak baru bangun?’’ tanya ibu.
“Bapak belum cuci muka ya?’’ tanya Gayatri
“gapapa kan ?, walau belum cuci muka, Bapak tetap keliatan ganteng’’
ucap bapak dengan muka datar sambil menyiduk nasi dan mengambil lauk pauknya.
“Yo wes… dari dulu bapak memang ganteng, asalkan kamu tau yo nak, gantengnya bapak tuh ndak pernah keliatan luntur.’’ ucap ibu entah muji apa nyindir.
“Sama ya, kaya cintanya ibu ke bapak, dari dulu gak pernah luntur.’’ oceh gadis itu yang membuat kedua orang tuanya saling menatap satu sama lain.
pagi hari itu gelakan tawa seakan menghangatkan suasana pagi itu.
Kini merekapun telah selesai makan, dan ibupun membereskan bekas makan di atas meja.
“Sini biar Aya bantu,’’ ucap Gayatri sambil mengambil barang-barang diatas meja.
“Ya, makasih yo nak.’’ sahut ibu sambil tersenyum. “Oh iya, setelah ini ibu mau keluar dulu sebentar ya!’’
Singkat cerita, si ibupun keluar meninggalkan bapak dan Gayatri di meja makan. Ketika Gayatri sedang mengelap meja makan, Bapak yang belum pindah dari duduknya pun menyuruh Gayatri agar membuatkan secangkir teh untuk dirinya.
“Ya!’’ panggil bapak kepada Gayatri.
“Iya pak?’’ jawab aya dari dapur
“Teh nya jangan pake gula ya!’’ pesan Bapak.
‘’Iya pak, ini juga udah jadi tehnya.’’
Lalu, Gayatri pun meletakan secangkir teh itu diatas meja di hadapan Bapak. Setelah itu, Gayatri pun hendak melanjutkan mengelap meja.
‘’Nak!’’ lirih Bapak.
Gayatri yang merasa dipanggil Bapak pun menoleh kearah Bapak.
‘’Sini duduk samping Bapak!’’ Bapak pada Gayatri dan Gayatri pun menurut.
“Aya, coba katakan pada Bapak. Apa tujuan kamu pergi kesana?’’
“Emmm… Aya pengen menambah wawasan, pengen menambah pengalaman, Aya juga pengen belajar mejadi pribadi yang mandiri.’’
Setelah mendengar jawaban dari anak semata wayangnya, Bapak pun mengembangkan seulas senyum yang nampak indah.
‘’Bagus juga. Tapi menurut Bapak, tujuan kamu kesana itu setidaknya bukan untuk menambah pengalaman, tapi untuk menambah pengamalan,’’ ucap Bapak sambil mengelus-elus kepala anaknya yang sedang menyender di bahunya.
‘’Tapi emangnya kamu yakin ingin menjadi pribadi yang mandiri?’’ lanjutnya.
‘’Aya yakin pak, karena Aya pikir, Aya hidup gak selamanya harus berada dalam genggaman ibu sama Bapak.’’ jawab Gayatri.
Bersambung…………………….
